Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tahta untuk Republik (Potret Perjuangan Andi Jemma dalam Puisi)... /1/

Tahta untuk Republik Potret Perjuangan Andi Jemma dalam Puisi, Andi Jemma, Andi Djemma, Datu Luwu, Kedatuan Luwu, Kerajaan Luwu, Istana Luwu, Raja Luwu, La Galigo, I La Galigo, Kitab La Galigo, Kitab I La Galigo, Tahta untuk Republik (Potret Perjuangan Andi Jemma dalam Puisi)... /1/, Tahta untuk Republik (Potret Perjuangan Andi Jemma dalam Puisi)... /2/, Tahta untuk Republik (Potret Perjuangan Andi Jemma dalam Puisi)... /3/, Tahta untuk Republik (Potret Perjuangan Andi Jemma dalam Puisi)... /4/, Tahta untuk Republik (Potret Perjuangan Andi Jemma dalam Puisi)... /5/, Tahta untuk Republik (Potret Perjuangan Andi Jemma dalam Puisi)... /6/, Tahta untuk Republik (Potret Perjuangan Andi Jemma dalam Puisi)... /7/, Tahta untuk Republik (Potret Perjuangan Andi Jemma dalam Puisi)... /8/, Tahta untuk Republik (Potret Perjuangan Andi Jemma dalam Puisi)... /9/, Tahta untuk Republik (Potret Perjuangan Andi Jemma dalam Puisi)... /10/, Tahta untuk Republik (Potret Perjuangan Andi Jemma dalam Puisi)... /11/, Tahta untuk Republik (Potret Perjuangan Andi Jemma dalam Puisi)... /12/, Tahta untuk Republik (Potret Perjuangan Andi Jemma dalam Puisi)... /13/, Tahta untuk Republik (Potret Perjuangan Andi Jemma dalam Puisi)... /14/, Tahta untuk Republik (Potret Perjuangan Andi Jemma dalam Puisi)... /15/, Tahta untuk Republik (Potret Perjuangan Andi Jemma dalam Puisi)... /16/, Tahta untuk Republik (Potret Perjuangan Andi Jemma dalam Puisi)... /17/, Tahta untuk Republik (Potret Perjuangan Andi Jemma dalam Puisi)... /18/, Tahta untuk Republik (Potret Perjuangan Andi Jemma dalam Puisi)... /19/, Tahta untuk Republik (Potret Perjuangan Andi Jemma dalam Puisi)... /20/, Tahta untuk Republik (Potret Perjuangan Andi Jemma dalam Puisi)... /21/, Tahta untuk Republik (Potret Perjuangan Andi Jemma dalam Puisi)... /22/, Tahta untuk Republik (Potret Perjuangan Andi Jemma dalam Puisi)... /23/

 /1/


pernahkah kau dengar

negeri sorga yang diulur dari langit[1]?

negeri itu, tana Luwu

wanua mappatuo naewai alena[2]

negeri tempat turunnya manusia pertama: La Toge’ Langi’[3]

yang melemparkan taletting mperre’

tatkala diturunkan ke ale lino[4]

sehingga menjadi tanah

dan diluaskan memenuhi ale lino

bermunculanlah kampung

onggokan gunung-gunung berderet

pebukitan berbaris menyusun jarak dan lembah

menghamparkan laut

meluasakan samudera

memahat danau

melukis binanga[5] nan memesona

mengukir alur sungai di atas peta ale lino


siri atakka yang dilemparkan

dari sebelah kanan La Toge’ Langi’

dan telleq araso dari sebelah kirinya

menjelma hutan lebat

dan beragam tumbuhan


wempong mani pun dilemparkan

menjadi ular dan margasatwa beraneka jenis

bertih kilat Léténg Nriuq

dan beras berwarna Sawang Kuttu ditabur

menjelma aneka macam burung.[6]


begitulah riwayat negeri Luwu, negeri Dewata

saat manusia pertama diturunkan di ale Luwu

negeri dengan sungai-sungai bening meliuk

bertabur di atas peta tanah yang subur

negeri dengan semangat menyala-nyala


di negeri Luwu

kelong-kelong[7]mengalun

bersama hembusan angin Boting Langi’

yang luruh menjelma kesetiaan

mengalir deras dalam nadi semesta


itulah negeri Luwu, tanah kelahiranku

akan kuceritakan kisahku


---------------------------------

[1] Dalam pemahaman masyarakat Luwu kuno, disebut Boting Langi’ (Negeri Dunia Atas). Dalam kosmologi masyarakat Luwu (Sulawesi Selatan) di kenal ada tiga pembagian dunia yakni Dunia Atas (Boting Langi’), Dunia Tengah (Ale Lino) dan Peretiwi (Dunia Bawah).

[2] Negeri yang menghidupi, mampu membantu dirinya sendiri.

[3] Dalam mitologi masyarakat Luwu, Sulawesi Selatan pada umumnya, meyakini La Toge’ Langi’ sebagai manusia pertama yang diturunkan di Luwu atau biasa disebut To Manurung. La Toge’ Langi’ merupakan sebutan lain untuk Batara Guru saat berada di dunia, di samping panggilan lainnya: Datu Manurung, Wira Talallo To Boting Langi’ atau Yang Menetas di Lappa Tellang. Manusia yang diturunkan dari Boting Langi’ (Dunia Atas) oleh Patoto’é (Sang Penentu Nasib). Segala sesuatu yang turun dari Boting Langi’ lalu menjelma ke bumi disebut manurung. To Manurung untuk menyebutkan manusia yang turun dari Boting Langi’. Jadi yang dimaksud bukan hanya Batara Guru, bisa saja pengiringnya. Lihat, Idwar Anwar, La Galigo, Turunnya Manusia Pertama (Novel Jilid 1). Makassar: Pustaka Sawerigading, 2015 (cetakan ke 5), hlmn, v-vii.

[4] Dunia.

[5] Danau.

[6] Ibid. Idwar Anwar, La Galigo, Turunnya Manusia Pertama (Novel Jilid 1). Hlmn 50-54. Atau baca, Muhammad Salim, Transliterasi dan Terjemahan La Galigo jilid 1.

[7] nyanyian


***

IDWAR ANWAR yang dikenal sebagai penulis, sastrawan, budayawan dan juga politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini, lahir di Kota Palopo, ibu kota terakhir Kedatuan Luwu.

Lelaki yang akrab disapa Edo ini menyelesaikan pendidikannya di SD Negeri 77 Palopo, SMP Negeri 3 Palopo dan SMA Negeri 2 Palopo. Idwar kemudian hijrah ke Makassar untuk kuliah di Universitas Hasanuddin.

Sejak mahasiswa, Idwar aktif di berbagai organisasi baik intra maupun ekstra kampus antara lain; sebagai Ketua Himab Unhas, Pengurus Senat Mahasiswa Fakultas Sastra Unhas, Aliansi Mahasiswa Pro Demokrasi (AMPD), dan Unit Kegiatan Pers Mahasiswa (UKPM) Unhas.

Idwar juga pernah menjadi Presidium Pusat Aktivis 98 (PENA 98), Pengurus KNPI Sulsel (2010-2013), Sekretaris Panitia Seminar Internasional La Galigo di Barru (2002) dan Masamba (2003), menjadi Tim Perumus Temu Budaya Nusantara Dialog Budaya Nusantara (2002), Mufakat Budaya Indonesia (2018), bahkan sempat menjadi Dosen Luar Biasa di almamaternya. Dan kini sebagai Pembina Posko Perjuangan Rakyat (POSPERA) Sulsel.

Di dunia politik, Idwar pernah menjadi Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Palopo, Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kota Palopo (2010-2015) dan Anggota BP Pemilu DPD PDI Perjuang-an Sulsel. Saat ini ia aktif sebagai Sekretaris DPD Banteng Muda Indonesia Sulsel (2017-2020) dan anggota Komite Kehormatan DPD PDI Perjuangan Sulsel (2015-2020).

Selain aktif berorganisasi, sejak mahasiswa sampai saat ini Idwar aktif menulis dan ratusan tulisannya dimuat di berbagai media, berupa artikel, resensi buku, esai, puisi dan cerpen. Naluri menulis juga tersalurkan di dunia jurnalistik dengan menjadi wartawan dan redaktur di beberapa media.

Aktif dalam dunia literasi, Idwar mendirikan Rumah Baca Arung, menjadi pemateri dalam berbagai acara bedah buku, pelatihan jurnalistik dan penulisan kreatif, serta menjadi pengurus lembaga pengembangan minat baca. Diantaranya, menjadi Ketua Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Palopo (2011-2014), Ketua Asosiasi Penulis Profesional Indonesia Palopo, Pengurus GPMB Provinsi Sulsel, dan pengurus Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Sulsel.

Dalam dunia kesenian dan kebudayaan, Idwar kerap membacakan karya-karyanya di berbagai tepat. Aktif sebagai Ketua Dewan Kesenian Palopo (2005-2015) dan di LAPAKSS - Lembaga Pengembangan Kesenian dan Kebudayaan Indonesia Sulsel (2017-2021).

Beberapa bukunya yang telah terbit antara lain: Novel Merah di Langit Istana Luwu; La Galigo: Turunnya Manusia Pertama (Jilid 1); La Galigo: Mutiara Tompoq Tikkaq (jilid 2) dan La Galigo: Lahirnya Kembar Emas (jilid 3). Kumpulan Cerpen Mata Ibu; Kota Tuhan; dan Ibu, Temani Aku Menyulam Surga. Kumpulan Sajak Zikir dan Kado Cinta. Adapula Kumpulan Cerita Rakyat Tana Luwu (Jilid 1). Buku lainnya, Perang Kota: Perlawanan Rakyat Luwu 23 Januari 1946, Jejak-Jejak Suara Rakyat Menelusuri Sejarah DPRD Kota Palopo; Ensiklopedi Sejarah Luwu (2005); Ensiklopedi Kebudayaan Luwu (2006); Palopo dalam Spektrum Waktu, dan Buku-buku Pelajaran Mulok Sejarah dan Kebudayaan Luwu  untuk SD, SMP dan SMA.